Secara operasional, tentu saja fenomena ini sangat menyulitkan para praktisi teknologi gosip pada menyusun sistemnya. tidak sporadis pada tengah-tengah konstruksi sistem berita, terjadi perubahan kebutuhan sehingga wajib diadakan analisa ulang terhadap sistem yang akan dibangun. menggunakan mencermati keadaan ini, kentara terlihat kebutuhan baru akan teknologi info yg cocok buat perusahaan, yaitu teknologi yg bisa adaptif terhadap perubahan. Para praktisi negara maju menjawab tantangan ini dengan menghasilkan produk-produk aplikasi yg berbasis objek, mirip OOP (Object Oriented Programming), OODBMS (Object Oriented Database Management System), Object Technology, Distributed Object, serta lain sebagainya.
Terlihat bagaimana alam kompetisi dan kemajuan teknologi info sejak dipergunakannya komputer pada industri sampai ketika ini terkait erat satu dan lainnya. Memasuki abad isu berarti memasuki dunia menggunakan teknologi baru, teknologi isu. Mempergunakan teknologi berita seoptimum mungkin berarti harus merubah mindset. Merubah mindset adalah hal wifitoto teramat sulit buat dilakukan, sebab pada dasarnya “people do not like to change”. jika pada saat ini dunia maju serta negara-negara tetangga Indonesia sudah mempunyai komitmen khusus buat merogoh bagian dalam penciptaan komponen-komponen sistem informasi, bagaimana menggunakan Indonesia? Masih ingin sebagai negara konsumen? Atau telah bisa menjadi negara pembuat?
Paling tidak, hal yang harus ada terlebih dahulu di setiap insan Indonesia merupakan kemauan untuk berubah. Tanpa “willingness to change”, sangat mustahillah bangsa Indonesia dapat memanfaatkan teknologi gosip buat membentuk balik bangsa wifitoto hancur ditelan krisis saat ini.
Kemudahan itu merupakan salah satu manfaat yang didapatkan dari globalisasi yang melibatkan integrasi di berbagai bidang di antarannya pendidikan dan teknologi. Sumbangsih pemikiran dari dunia pendidikan telah melahirkan modernisasi di segala bidang kehidupan masyarakat dunia saat ini. Berhubungan dengan hal itu, kehadiran teknologi telah meningkatkan kualitas dan keampuhan pendidikan itu sendiri. sebagaimana empat pilar pendidikan yang di cetuskan oleh Unesco antara lain learning to know, learning to do, learning to be, dan learning together.
